Sunday, 7 July 2013

PPKN

PENGERTIAN STRATEGI, METODE, DAN MEDIA DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pembahasan materi PKn. Dalam unit dua ini dibahas tentang strategi, metode, dan media pembelajaran PKn SD. Pembelajaran PKn di SD, terdiri dari materi yang menyangkut :nilai, moral dan norma.
Tetapi memerlukan komponen lain seperti strategi, metode dan media pembelajaran. Materi PKn mulai kelas satu sampai kelas enam yang terdapat dalam
Kurikulum 2006 telah dianalisis menggunakan pandangan Lickona. Dalam analisis itu dikaji sejauh mana kandungan nilai, moral dan norma yang terdapat dalam setiap standar kompetensi.
Tujuan mengaplikasikan strategi, metode, dan media dalam
pembelajaran PKn SD. Media, metode dan alat penilaian merupakan komponen
pembelajaran yang terkait erat dan tidak bisa dipisahkan antara unit dua dan unit
tiga, terlebih pada pembelajaran di zaman modern yang bersifat multi arah yang
mengharuskan menggunakan model pembelajaran yang mampu membuat siswa
menjadi kreatif.
Manfaat untuk mempermudah guru dalam pembelajaran PKn SD di tempat tugas masing-masing, khususnya dalam menentukan metode dan media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran sehari-hari.Oleh karenanya, setelah mempelajari unit ini diharapkan
Anda dapat menjelaskan tentang:

1. pengertian strategi dalam pembelajaran PKn SD
2. pengertian media dalam pembelajaran PKn SD
3. pengertian metode pembelajaran PKn SD
4. kebaikan dan kelemahan metode pembelajaran PKn SD, serta
5. pemilihan dan penggunaan metode dan media pembelajaran PKn dengan tepat.
Inisiasi Pendidikan Kewarganegaraan

Subunit 1. Pengertian Strategi, Metode, dan Media Pembelajaran

A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Pengertian Strategi pembelajaran cukup beragam walaupun pada dasarnya sama.
Joni (1983) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang
digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.


B. Metode Pembelajaran:
(1) Metode Ceramah,
(2) Metode Tanya Jawab,
(3) Metode Diskusi,
(4) Metode Simulasi,
(5) Metode pemberian tugas,
(6) Metode Karyawisata ,
(7) Metode Laboratorium,
(8) Metode Sosiodrama,
(9) Metode Demonstrasi,
(10) Metode problem solving (metode pemecahan masalah), (10) Metode
Individual

C. Hakekat Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
kata media berasal dari bahasa Latin medio? Dalam bahasa Latin, media dimaknai sebagai antara. Media merupakan bentuk jamak dari
medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Sedangkan
pengertian media PKn adalah media yang terpilih dan cocok untuk pembelajaran
PKn SD.

2. Fungsi Media Pembelajaran PKn SD:
(1) media adalah sebagai alat bantu pembelajaran,
(2) sebagai media sumber belajar.

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran
(1) media auditif,
(2) media visual, dan
(3) media audio visual.
Media audiovisual dapat Anda bedakan lagi menjadi
a. audio visual diam dan
Inisiasi Pendidikan Kewarganegaraan
b. audio visual gerak,
Media nonproyeksi
a. model,
b. grafis.

4. Media yang Diproyeksikan
Media yang termasuk sebagai media yang diproyeksikan adalah overhead
transparansi (OHT), slide, filmstrips, dan opaque, komputer dan video
diproyeksikan dengan menggunakan peralatan khusus, yaitu LCD.

5. Peran Media Pembelajaran
a. Penyajian materi ajar menjadi lebih standar.
b. Penyusunan media yang terencana dan terstruktur dengan baik membantu
pengajar untuk menyampaikan materi dengan kualitas dan kuatitas yang
sama dari satu kelas ke kelas yang lain.
c. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
d. Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif
e. Materi pembelajaran dapat dirancang, baik dari sisi pengorganisasian
materi maupun cara penyajiannya yang melibatkan siswa, sehingga siswa
menjadi lebih aktif di dalam kelas.
f. Media dapat mempersingkat penyajian materi pembelajaran yang
kompleks, misalnya dengan bantuan video. Dengan demikian, informasi
dapat disampaikan secara menyeluruh dan sistematis kepada siswa.
g. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
h. Penyajian pembelajaran dengan menggunakan media yang
mengintegrasikan visualisasi dengan teks atau suara akan mampu
mengkomunikasikan materi pembelajaran secara terorganisasi.

6. Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Sudirman (1991) mengemukakan tiga kategori prinsip pemilihan media
pembelajaran sebagai berikut: (a) Tujuan Pemilihan, (b) Karakteristik Media
Pembelajaran. (c) Alternatif Pilihan.
Adapun prinsip pemilihan dan penggunaan media, menurut Sudjana (1991)
ditulis pada bagian berikut: (a) Menentukan jenis media dengan tepat (b)
Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat (c) Menyajikan media
dengan tepat.

7. Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media:
a. Objektivitas
b. Kualitas Teknik
c. Program Pembelajaran e. Keefektifan dan
d. Sasaran Program f. Efisiensi Penggunaan



D. Rancangan Media Pembelajaran PKn Sekolah Dasar

1. Rancangan Media Audio dalam pembelajaran PKn SD
Fungsi skenario media audio adalah sebagai berikut:
a. meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan suara
sekaligus melatih ketrampilan mendengarkan maupun menyimak.
b. Mengembangkan imajinasi siswa terhadap apa yang didengarkannya baik
melalui guru maupun media tape recorder.
c. Memantapkan bagian-bagian yang dianggap penting dari materi ajar yang
disampaikan
2. Langkah-langkah Penggunaan Media Audio dalam Pembelajaran PKn SD
Sebelum menyajikan media audio terlebih dahulu menyiapkan alat-alat
yang akan digunakan termasuk sarana penunjang seperti aliran listrik atau
baterai.
a. Memberi tugas pada siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi yang
akan diaplikasikan pada media audio
b. Guru menjelaskan pada siswa materi PKn apa yang dibahas, kemudian siswa
diminta mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan misalnya alat tulis
menulis.
c. Kemudian audio mulai diperdengarkan, diusahakan agar suara audio dapat
didengar semua siswa dengan jelas. Sehingga siswa dapat menyimak materi
ajar PKn dengan jelas.
d. Setelah audio diperdengarkan, guru meminta beberapa siswa untuk
mengulang secara garis besar materi yang telah didengarkan.
e. Guru meminta murid-murid yang lain untuk menanggapi pendapat temannya
tadi.
f. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak
dimengerti.
g. Guru menyimpulkan materi PKn yang telah disampaikan dan menanamkan
konsep-nilai-moral-norma yang menjadi pesan pokok bahasan yang telah
disampaikan.
3. Rancangan Media Gambar atau Foto dalam Pembelajaran PKn SD
Media ini sangat sesuai digunakan di SD, terutama kelas awal, hal itu
disebabkan media ini sangat bermanfaat untuk mengkonkretkan hal-hal yang
bersifat abstrak dalam bentuk gambar atau foto, yang bisa menggambarkan
Inisiasi Pendidikan Kewarganegaraan.
perilaku yang baik dan yang kurang baik, sebagai sarana pembentukan moral
anak.

a. Fungsi Media Gambar
1) Mengkonkretkan hal-hal yang bersifat abstrak
2) Mendekatkan dengan objek yang sebenarnya
3) Melatih siswa berpikir konkret
4) Memperjelas sesuatu masalah

b. Langkah-langkah penyajian media gambar atau foto
1) Menganalisis pokok bahasan/sub pokok bahasan yang akan dituangkan
dalam bentuk media audio atau foto.
2) Menyiapkan bahan-bahan yang digunakan
3) Menugaskan siswa untuk juga menyiapkan bahan-bahan yang digunakan
dalam proses belajar-mengajar.
4) Memeragakan gambar-gambar sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh
semua siswa
5) Guru meminta para siswa mengomentari gambar yang telah diperagakan
dan siswa yang lain diminta memberikan tanggapan terhadap komentar
tersebut.
6) Guru menjelaskan materi pelajaran melalui media yang telah disiapkan
sekaligus juga menanamkan nilai moral dan norma yang menjadi target
harapannya.
7) Guru menyimpulkan materi pelajaran sekaligus menindaklanjuti dengan
memberikan tugas kepada siswa untuk memperkaya penguasaan materi
pelajaran PKn

4. Rancangan Media Overhead Proyektor dalam Pembelajaran PKn SD
A. Fungsi media overhead proyektor:
1) Meningkatkan daya tarik dan motivasi siswa untuk belajar
2) Mempermudah guru untuk menyiapkan materi pembelajaran
3) Memperjelas tayangan materi pembelajaran sehingga perhatian siswa
terhadap materi yang diberikan guru akan lebih besar.

B. Langkah-langkah penyajian media overhead proyektor:
1) Analisis TIK pokok bahasan yang akan diajarkan
2) Analisis materi pelajaran untuk menentukan jenis media yang diperlukan
3) Analisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi siswa dalam menerima pelajaran, kecepatan daya serap
siswa, serta tingkat perbendaharaan kata yang dipakai.
4) Kembangkan bahan-bahan tersebut ke dalam transparan yang telah
disiapkan.
5) sehingga apa yang tertera dalam transparan dapat dibaca dan dilihat
dengan jelas oleh semua siswa
Sajikan transparan di kelas dengan diatur fokusnya sebaik mungkin
6) Sesekali diselingi dengan pertanyaan, tanggapan, dan pernyataan dari
siswa.
7) Guru menyimpulkan materi pembelajaran PKn yang telah disampaikan.

Langkah-langkah penggunaan media dalam pembelajaran PKn SD :
1. Persiapan guru.
2.Persiapan kelas.
3.Langkah penyajian materi ajar dan pemanfaatan media.
4.Langkah kegiatan belajar siswa.
5.Langkah evaluasi pembelajaran.
Penugasan:
1. Amati guru SD dalam penyampaian materi PKn SD, identifikasi media yang
digunakan. Adakah kelebihan dan kelemahan media dan cara menggunakan
media tersebut. Berikan pendapat !
2. Buat RP PKn SD lengkapi dengan media yang sesuai kemudian praktikkan, dan
minta tolong temanmu untuk memberikan masukan, pilih kelas yang diminati,
Inisiasi Pendidikan Kewarganegaraan

AGAMA

Ciri-ciri Islam sebagai Agama Universal

Dapat disebutkan adanya tiga buah ciri agama Islam yang menjadikan agama Islam berhak dinyatakan sebagai agama yang Universal, yaitu :
  1. Kesanggupannya memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia untuk menegakkan kesatuan, memelihara nilai kemanusiaan dan menjaga keselamatan setiap individu dalam hidup di dunia kini dan di akhirat nanti.
  2. Hukum-hukumnya menjamin tegaknya kemanusiaan di dalam satu kesatuan dan tidak berkecenderungan untuk menghidup-hidupkan fanatisme rasial.
  3. Konsisten dengan relitas-realitas alam semesta, tidak bertentangan dengan kebenaran-kebenaran ilmu pengetahuan atau pikiran logis.
Jika kita kaji ajaran-ajaran Islam ternyata ciri-ciri tersebut benar-benar terpenuhi dalam segala aspeknya. Aspek ‘aqidah yang bersendi pada keyakinan tauhid, keyakinan bahwa hanya Allah saja berhak dipertuhan, akan membawa pada kesatuan umat tauhid baik dalam tujuan hidup maupun dalam perilaku. Umat tauhid menjalani hidup selalu melihat Allah dengan mata hati dan takut kepada-Nya dalam kesunyian maupun terang-terangan, dalam suasana tertutup maupun terbuka. Hanya “ma’rifat kepada Allah” sajalah yang mampu menjaga perilaku, memelihara perjalanan hidup dan menghidupkan hati nurani.

‘Aqidah Islamiyah menjaga individu dari godaan-godaan hawa nafsu. Orang mukmin menjalani hidup di bumi Allah selalu berfikir akan kekuasaan Allah yang tercermin dalam kejadian bumi dan langit. Hati yang berhubungan dengan Tuhan akan mendorong orang mukmin menjalani hidup di dunia dengan baik dan benar.

‘Aqidah Islamiyah menegakkan nilai persamaan kemanusian; umat manusia adalah hamba Allah yang sama kedudukannya di hadhirat Allah; berlebih kurang hanya terjadi dengan perbedaan taqwa dan amal shalih. Fanatisme rasial terdesak, persaudaraan dan kasih sayang dalam keimanan hidup subur. Dalam sejarah tercatat bahwa ‘aqidah Islamiyah telah menghimpun berbagai suku dan bangsa di bawah bendera Islam; bersama Rasulullah s.a.w. berhimpunlah sahabat-sahabat Bilal asala keturunan Habsyi, Shuhaib asala keturunan Romawi, Salman al-Farisi keturunan Parsi dan Umar asal keturunan Arab Quraisy.

‘Aqidah Islamiyah yang bertumpu pada ajaran tauhid konsisten dengan wujud alam semesta yang merupakan ayat-ayat Allah, memberitakan kekuasaan dan keesaan mutlak Allah. Manusia perlu kepada pelayan alam semesta, tetapi alam pun memerlukan memerlukan usaha manusia untuk melestarikan dan mengembangkan potensinya agar dapat melayani kebutuhan hidup manusia sepanjang mungkin umur kemanusiaan dan kehidupan.  Ayat-ayat al-Qur’an yang menyebutkan ni’mat Allah berupa berbagai macam kekuatan dan kemampuan alam guna melayani kepentingan hidup manusia mengundang kegiatan-kegiatan umat manusia, baik dalam bidang ilmiah maupun usaha guna memanfaatkan potensi alam. (surat Yasin ayat 33-45)


BAHASA INGGRIS

POLEMIK PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR
Pendahuluan
Beberapa waktu lalu, munculnya issue tentang penghapusan mata pelajaran bahasa Inggris dalam kurikulum untuk jenjang Sekolah Dasar (SD/MI) sempat menjadi bahan perbincangan yang menghebohkan. Perubahan kurikulum yang rencananya akan dilaksanakan di tahun ajaran 2013-2014 ini menyusul adanya kebijaksanaan tentang pengurangan jumlah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar. Pengurangan jumlah mata pelajaran tersebut adalah, dari sebelas mata pelajaran menjadi enam subyek, yakni Agama, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, Seni dan Budaya, serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.  Namun, pengurangan ini baru disepakati untuk siswa kelas 1-3 saja, sedangkan kelas 4-6 masih akan didiskusikan lagi. Menurut Musliar Kasim, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mata pelajaran bahasa Inggris ditiadakan untuk siswa SD karena untuk memberi waktu bagi para siswa dalam memperkuat kemampuan bahasa Indonesia sebelum mempelajari bahasa asing (Kompas.com, 10/10/2012).
Hal ini tentu sangat mengejutkan, mengingat sudah hampir 14 tahun pembelajaran bahasa Inggris dilaksanakan di tingkat SD terhitung semenjak resmi dicetuskan pada tahun 1994. Tentunya tidak mudah untuk memahami kebijakan tersebut mengingat sudah terlalu banyak usaha yang muncul dari pengalokasian APBN dan APBD demi mensukseskan  pembelajaran di tingkat sekolah dasar. Bisa dikatakan, semua usaha tersebut belumlah sempat mencapai finish, atau hasil yang benar-benar memuaskan dari anak-anak didik di tingkat sekolah dasar dan harus terhenti begitu saja (Okezone.com, 10/10/2012). Pendapat lain datang dari pakar sosio-linguistik dari Universitas Gajah Mada, Kunjana Rahardi, yang menyetujui rencana pemerintah itu, karena menurutnya, pengenalan bahasa asing yang terlalu dini berdampak buruk bagi penguasaan bahasa ibu seorang anak terutama anak di usia kelas 1-3 sekolah dasar. Penguasaan bahasa ibu, baik  bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah yang bagus akan membantu seorang anak belajar bahasa kedua dan ketiga (voaindonesia.com, 12/10/2012).
Menanggapi pro dan kontra dari berbagai pihak tentang kebijaksanaan tersebut,  Musliar Kasim selaku Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kembali memberikan klarifikasi bahwa mata pelajaran bahasa Inggris untuk jenjang SD memang tidak pernah diwajibkan. Untuk itu, tidak ada penghapusan mata pelajaran bahasa Inggris dalam perombakan kurikulum untuk tingkat SD. Ia menambahkan bahwa mata pelajaran bahasa Inggris memang tidak akan dimasukkan dalam enam mata pelajaran wajib untuk tingkat SD dalam kurikulum baru, karena kalau bahasa Inggris ini menjadi mata pelajaran wajib tapi tenaga pengajarnya tidak kompeten maka efeknya tidak baik bagi anak-anak. Kendati demikian, bagi sekolah yang menjadikan bahasa Inggris sebagai muatan lokal atau mata pelajaran tambahan dapat tetap dilakukan selama konten yang diberikan tidak membebani dan dapat diterima baik oleh anak-anak (Kompas.com, 13/11/2012). Berkaitan dengan issue perubahan kurikulum tersebut, tulisan ini hanya ingin mengajak pembaca untuk berfikir tentang manfaat dari pembelajaran bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar tersebut serta dampak dari penghentiannya.

Pembahasan
Kebijakan tentang memasukkan mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar dimulai dengan munculnya kebijakan Depdikbud RI No. 0487/1992, Bab VIII, yang menyatakan bahwa sekolah dasar dapat menambah mata pelajaran dalam kurikulumnya, asalkan mata pelajaran tersebut tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Kebijakan tersebut disusul dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 tentang adanya kemungkinan menjadikan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal SD dimulai dari kelas 4 SD. Kemudian, menurut Permendiknas No. 22-23/2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa Inggris di tingkat SD/MI diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi performative. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. 
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan standar kompetensi bahasa Inggris
bagi SD/MI yang menyelenggarakan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai muatan lokal. Kompetensi lulusan SD/MI tersebut selayaknya merupakan kemampuan yang bermanfaat dalam rangka menyiapkan lulusan untuk belajar bahasa Inggris di tingkat SMP/MTs. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan berinteraksi dalam bahasa Inggris untuk menunjang kegiatan kelas dan sekolah. Pendidikan bahasa Inggris di SD/MI dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai tindakan atau language accompanying action serta untuk berinteraksi dan bersifat here and now. Topik pembicaraannya berkisar pada hal-hal yang ada dalam konteks sekolah. Tujuan pendidikan bahasa Inggris di SD/MI yang lainnya adalah agar lulusan memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global. Untuk mencapai kompetensi ini, peserta didik perlu dipajankan dan dibiasakan dengan berbagai ragam pasangan bersanding (adjacency pairs) yang merupakan dasar menuju kemampuan berinteraksi yang lebih kompleks.
 Sebagai muatan lokal, bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang dipelajari setelah bahasa ibu. Dengan kata lain, pengaplikasian serta alokasi waktu yang diberikan ditingkat sekolah dasar  tidak akan melebihi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Kemudian, bahasa Indonesia itu sendiri tetap digunakan sebagai bahasa pengantar pada mata pelajaran lain kecuali pada sekolah berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Melalui sejumlah pengamatan, secara umum, peserta didik di kelas 1-3 terlihat antusias terhadap pembelajaran bahasa Inggris selama pembelajaran tersebut tidak keluar dari patokan yang diberikan di dalam Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, yakni memberikan materi sesuai tingkat literasi performative. Kenyataannya, tes sering menjadi tujuan utama dalam pembelajaran bahasa Inggris serta banyak guru yang mengutamakan tes dalam proses pembelajaran. Guru juga sering terjebak dan terpaku pada buku bahasa Inggris dari penerbit, sehingga tujuan pembelajaran bahasa Inggris seringkali melenceng dari tujuan semula. Selain itu, seharusnya pembelajaran lebih ditekankan pada kosakata yang beragam sesuai dengan konteks kelas dan sekolah dan bukan melulu tentang grammar atau structure, sesuai dengan pendapat Sekretaris Jendral Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti (Kompas.com, 13/11/2012).
Pada dasarnya, menurut Suyanto, peserta didik di tingkat sekolah dasar adalah young learners, dimana tingkat konsentrasi mereka tidak akan lebih dari 90 menit di dalam mengikuti pelajaran, sehingga guru dituntut untuk menyediakan pembelajaran yang menyenangkan (Wulandari, 2012: 2). Selain itu, menurut Cahyono dan Shirly (Wulandari, 2012: 1) penguasaan kosakata bahasa Inggris bagi anak-anak merupakan elemen dasar yang penting untuk kemampuan berbicara, menulis, membaca dan mendengar. Sedangkan menurut Calderon dkk (Wulandari, 2012: 1) kemampuan kosakata bahasa Inggris bagi anak-anak memberikan prediksi tentang kemampuan mereka di tingkat lebih lanjut.
              Sedangkan menurut Itje Chodijah, pendidik dan pelatih guru bahasa Inggris nasional, pembelajaran bahasa Inggris kepada peserta didik tingkat sekolah dasar belum didasarkan pada acuan yang jelas dan penyiapan kompetensi guru yang tepat. Meskipun bahasa Inggris di SD merupakan mata pelajaran muatan lokal, pemerintah tetap perlu membenahi dan memberikan acuan yang jelas di dalam pelaksanaannya (Kompas.com, 30/10/2012). Seharusnya, pembelajaran bahasa Inggris di SD ini mudah, sederhana dan menyenangkan, bertujuaan untuk kesenangan siswa dan memberikan kesadaran bahwa ada bahasa asing sebagai alternatif berkomunikasi untuk menyongsong globalisasi, diantaranya dengan adanya blended learning.  Penjelasan Musliar bahwa kompetensi yang diperhitungkan pada siswa SD adalah Calistung sehingga tidak perlu mempelajari ilmu pengetahuan yang terlalu tinggi (Okezone.com, 10/10/2012) adalah tidak tepat, karena pada hakekatnya salah satu tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan daya saing generasi muda dalam masyarakat global. Sehingga perlu adanya pertimbangan untuk meletakkan dasar yang kuat bagi peserta didik kita pada masa periode emas atau di tingkat dasar dalam rangka  mencapai tujuan pendidikan nasional.
Di samping itu pandangan masyarakat tentang perubahan kurikulum yang lagi dan lagi serta terkesan ganti menteri selalu ganti kurikulum tidak akan memburuk jika arahnya tetap menuju ke depan dan bukannya mundur ke belakang.
Kesimpulan
Tentu sangat disayangkan jika pemerintah tidak mengkaji dengan hati-hati masalah perubahan kurikulum terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris di tingkat SD. Bukanlah merupakan suatu alasan yang kuat jika pembelajaran bahasa Inggris di tingkat SD dianggap mengganggu perkembangan bahasa ibu, karena pada kenyataannya bahasa Inggris adalah bahasa asing yang merupakan muatan lokal. Kemudian, peserta didik di tingkat SD sedikit banyak sudah pasti telah menguasai bahasa ibu, sebelum mereka duduk di bangku sekolah dasar sehingga pembelajaran bahasa Inggris tidak akan mengurangi penguasaan bahasa Indonesia mereka. Seandainya ada peserta didik yang belajar bahasa Inggris secara khusus di tingkat pre school atau kindergarten, itu merupakan kebijaksanaan dari orang tua itu sendiri, dipicu dengan adanya persaingan antar lembaga pendidikan di tingkat pra sekolah dasar.
Selain itu, seharusnya ada pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris terhadap guru sehingga asumsi bahwa bahasa Inggris  membebani siswa dapat dikesampingkan serta dapat menghasilkan output yang optimal. Menurut pendapat penulis, akan sangat terlambat bagi peserta didik jika mereka baru mulai diperkenalkan bahasa Inggris di bangku SMP/Mts, karena masa periode emas adalah masa exposure yang paling tepat, atau setidaknya dapat dimulai pada saat mereka duduk di kelas 4. Tingkat kebutuhan kita terhadap bahasa asing tidaklah sama seperti era 80an, ketika kita baru mulai mengenal pembelajaran bahasa Inggris saat duduk di bangku SMP/Mts, maka seharusnya kita juga tidak perlu mengulang masa-masa dimana gaung go internasional belum merebak seperti sekarang ini.
Pendapat tentang pembelajaran bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar dapat mempengaruhi nasionalisme juga dapat dikesampingkan. Kita harus berfikir bahwa bahasa hanyalah merupakan alat komunikasi yang tidak akan melunturkan rasa nasionalisme. Karena masalah nasionalisme adalah masalah pendidikan karakter, rasa kebanggaan terhadap bahasa Indonesia tetap harus  dikuatkan melalui pendidikan karakter pada saat pembelajaran bahasa Inggris giat dilaksanakan. Di samping itu kebutuhan terhadap keterampilan berbahasa Inggris untuk ikut berpartisipasi dalam era komunikasi dan globalisasi sesuai dengan tujuan pendidikan nasional bagi generasi muda tidak akan tercapai jika bahasa Inggris tidak diperkenalkan lebih awal. Akan tetapi, di dalam pelaksanaannya harus disiapkan secara matang mulai dari kurikulum dan tenaga pendidik yang memiliki kemampuan di bidangnya sehingga memiliki arah yang jelas serta tidak membebani peserta didik.
Akhirnya, meskipun nantinya kebijakan pemerintah sudah bulat untuk tidak memasukkan bahasa Inggris pada kurikulum mendatang, ada baiknya jika pemerintah memikirkan serta membuat alternatif lain agar siswa tetap dapat menguasai bahasa Inggris sejak dini mengingat sifatnya adalah bahasa internasional sehingga generasi muda kita tidak jauh tertinggal dan tetap mampu memegang kendali dalam era globalisasi ini

BAHASA INDONESIA


  • PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATIHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR



memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Agar komunikasi dapat berjalan secara efisien dan efektif membutuhkan suatu keterampilan berbahasa melalui sebuah pembelajaran.



memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Agar komunikasi dapat berjalan secara efisien dan efektif membutuhkan suatu keterampilan berbahasa melalui sebuah pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil
1. Pelaksanaan Penelitian
a. Pelaksanaan Siklus 1
1) Persiapan dan perencanaan penelitian siklus I
a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi surat tidak resmi atau surat pribadi
b) Menyiapkan lembar observasi untuk siswa (terlampir)
c) Persiapan bahan dan alat/media
d) Pertemuan dengan kolaborator

Peneliti dan kolaborator mengadakan pertemuan memperoleh kesepakatan tentang langkah-langkah tindakan dan pelaksanaan observasi. Maka diperolehlah kesepakatan siklus I akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 September 2012 dengan materi menulis surat tidak resmi.
2) Pelaksanaan pembelajaran siklus I

Pelaksanaan pembelajaran siklus I mempunyai 3 tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan awal peneliti memulai pelajaaran dengan memberikan salam, berdoa, mengabsen kehadiran siswa dan memberikan appersepsi dan menginformasikan tujuan pembelajaran.
Appersepsi yang dilakukan yaitu tanya jawab tentang macam-macam surat serta berlatih menulis surat tidak resmi tentang pengalaman atau cita-cita dengan menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar.
Kegiatan inti pada pelaksanaan pembelajaran siklus I dibagi 3 tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Membahas surat tidak resmi dengan ejaan dan tanda baca yang benar menggunakan metode latihan.
Pada kegiatan eksplorasi siswa membaca dan mengamati contoh surat pribadi atau surat tidak resmi untuk teman sebaya dengan penggunaan huruf besar dan tanda bacanya pada surat tersebut.
Kegiatan elaborasi, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang bagian-bagian surat pribadi. Siswa berlatih menulis bagian-bagian surat pribadi secara berurut kemudian siswa menyempurnakan surat yang telah dibuat dengan cara membetulkan ejaan dan tanda bacanya dengan bimbingan guru. Siswa membuat kembali sepucuk surat pribadi berdasarkan contoh yang telah dibuat.
Pada kegiatan konfirmasi guru dan siswa bertanya jawab tentang bagian-bagian menulis surat untuk teman sebaya yang telah dipelajari. Guru mengklarifikasi kesalahan yang ditemui dalam pembelajaran.
Kegiatan akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran tentang latihan menulis surat untuk teman sebaya. Guru memberikan evaluasi. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah agar siswa berlatih menulis surat pribadi dengan penggunaan huruf besar dan tanda baca yang benar. Guru menutup pelajaran dengan salam.
3) Observasi dan evaluasi siklus I

Siklus I kegiatan observasi dan evaluasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan lembar observasi yang telah disiapkan. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dibantu dengan 1 orang guru kolaborator guna memperoleh data yang lebih terperinci. Kegiatan ini berguna untuk melakukan refleksi maupun analisa data yang diinginkan.
4) Refleksi siklus I

Hasil perbincangan antara peneliti dan kolaborator selama observasi dilakukan terdapat kekurangan dan kelebihan pada siklus I. Adapun kelemahan dan kelebihan pada siklus I adalah sebagai berikut :
a. Kekurangan Siklus I

Berdasarkan dari lembar observasi masih terdapat beberapa yang belum maksimal. Hal ini bisa dilihat dalam pembuatan surat tidak resmi ini pada khususnya indikator tanda baca berupa tanda titik, koma dan tanya masih banyak siswa yang masih belum mengerjakan dengan baik. Permasalahan itu disebabkan oleh waktu yang di butuhkan dalam pembelajaran ini tidak berjalan sesuai yang direncanakan, karena banyak terbuang untuk kegiatan latihan membuat surat.
b. Kelebihan Siklus I

Berdasarkan dari lembar observasi, dalam pembuatan surat tidak resmi sebagian besar siswa memperhatikan yang diajarkan oleh guru, meskipun masih ada beberapa siswa yang masih berbicara.
5) Tindak lanjut

Untuk memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada siklus I, maka peneliti bersama guru kolaborator mengambil kesimpulan dan kesepakatan untuk melaksanakan tindakan. pada siklus II dengan materi yang sama pada siklus I yaitu membuat surat resmi atau surat pribadi.

b. Pelaksanaan Siklus II
1) Persiapan dan perencanaan penelitian siklus II
a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi menulis surat tidak resmi atau surat pribadi.
b) Menyiapkan lembar observasi untuk siswa (terlampir)
c) Persiapan bahan dan alat/media
d) Pertemuan dengan kolaborator

Peneliti dan kolaborator mengadakan pertemuan memperoleh kesepakatan tentang langkah-langkah tindakan dan pelaksanaan siklus II. Maka diperoleh kesepakatan siklus II yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21 September 2012 dengan materi menulis surat tidak resmi atau surat pribadi.
2) Pelaksanaan pembelajaran siklus II

Pelaksanaan pembelajaran siklus II sama dengan siklus, dimana tap ini mempunyai 3 tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan awal peneliti memulai pelajaaran dengan memberikan salam, berdoa, mengabsen kehadiran siswa dan memberikan appersepsi dan menginformasikan tujuan pembelajaran.
Appersepsi yang dilakukan yaitu tanya jawab tentang macam-macam surat dan disertai contoh yaitu surat tidak resmi dan surat resmi.
Kegiatan inti pada pelaksanaan pembelajaran siklus I dibagi 3 tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Membahas surat tidak resmi dengan ejaan dan tanda baca yang benar menggunakan metode latihan.
Pada kegiatan eksplorasi siswa membaca contoh surat pribadi atau surat tidak resmi untuk teman sebaya. Siswa mengamati surat yang dibacanya tentang hal-hal penggunaan huruf besar dan tanda bacanya pada surat tersebut.
Kegiatan elaborasi, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang bagian-bagian surat pribadi. Siswa berlatih menulis bagian-bagian surat pribadi secara berurut kemudian siswa menyempurnakan surat yang telah dibuat dengan cara membetulkan ejaan dan tanda bacanya dengan bimbingan guru. Siswa membuat kembali sepucuk surat pribadi berdasarkan contoh yang telah dibuat.
Pada kegiatan konfirmasi guru dan siswa bertanya jawab tentang bagian-bagian menulis surat untuk teman sebaya yang telah dipelajari. Guru mengklarifikasi kesalahan yang ditemui dalam pembelajaran.
Kegiatan akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran tentang latihan menulis surat untuk teman sebaya. Guru memberikan evaluasi. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah agar siswa berlatih menulis surat pribadi dengan penggunaan huruf besar dan tanda baca yang benar. Guru menutup pelajaran dengan salam.

3) Observasi dan evaluasi siklus II

Siklus II kegiatan observasi dan evaluasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan lembar observasi yang telah disiapkan. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dibantu dengan 1 orang guru kolaborator guna memperoleh data yang lebih terperinci. Kegiatan ini berguna untuk melakukan refleksi maupun analisa data yang diinginkan.
4) Refleksi siklus II

Dari refleksi siklus II diperoleh kesepakatan antara peneliti dan kolaborator sebagai berikut :
1. Berdasarkan lembar observasi adanya peningkatan keterampilan menulis siswa dari siklus I ke siklus II, baik berupa indikator penulisan huruf besar dan tanda baca.
2. Dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II semua kekurangan siswa maupun guru dapat teratasi dan diperbaiki dengan metode latihan. Hal ini dilihat dari peningkatan keterampilan menulis siswa yang baik berdasarkan data observasi siswa.
3. Penerapan metode latihan dapat membantu guru untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas IV pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Negeri 17 Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut peneliti bersama guru kolaborator sepakat untuk menghentikan penelitian pada siklus II. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan yang cukup baik pada siklus II/
2. Analisis Data
1) Penyajian data

Pada siklus I dan II, hasil penelitian yang dilakukan pada keterampilan menulis siswa meliputi beberapa indikator yaitu penggunaan huruf besar dan tanda baca (tanda titik, tanda koma dan tanda tanya). Adapun pengamatan pada siklus I dan II terhadap siswa kelas IV Sekolah Dasar negeri 17 Sungai Ambawang berjumlah 13 orang.
2) Analisis Variabel

Berikut ini dapat dipaparkan hasil pengamatan per indikator kinerjanya sebagai berikut :
1. Penggunaan huruf besar

Indikator kinerja untuk siswa yang terampil dalam penggunaan huruf besar pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 1,538 dari nilai maksimal 4. Sehingga secara rata-rata belum tercapai dengan baik.
Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan dalam penggunaan huruf besar, dimana diperoleh nilai rata-rata 2,846 dari nilai maksimal 4. Dari data tersebut diketahui secara rata-rata penggunaan huruf besar pada siklus II pada sebagian besar siswa sudah cukup baik.
2. Penggunaan tanda baca

Indikator kinerja untuk siswa yang terampil dalam penggunaan tanda baca yaitu tanda titik, tanda koma dan tanda tanya. Pada tanda titik
siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,308 dari nilai maksimal 3. Sehingga secara rata-rata belum tercapai dengan baik.
Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan dalam penggunaan tanda titik, dimana diperoleh nilai rata-rata 1,000 dari nilai maksimal 3. Dari data tersebut diketahui secara rata-rata penggunaan tanda titik pada siklus II pada sebagian besar siswa belum cukup baik (untuk 50% siswa yang menggunakan tanda titik yang baik harus memperoleh nilai 1,500).
Pada tanda koma siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,154 dari nilai maksimal 1. Sehingga secara rata-rata belum tercapai dengan baik.
Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan dalam penggunaan tanda koma, dimana diperoleh nilai rata-rata 0,385 dari nilai maksimal 1. Dari data tersebut diketahui secara rata-rata penggunaan tanda koma pada siklus II pada sebagian besar siswa belum cukup baik (untuk 50% siswa yang menggunakan tanda titik yang baik harus memperoleh nilai 0,500).
Pada tanda tanya siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,077 dari nilai maksimal 2. Sehingga secara rata-rata belum tercapai dengan baik.
Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan dalam penggunaan tanda tanya, dimana diperoleh nilai rata-rata 0,615 dari nilai maksimal 2. Dari data tersebut diketahui secara rata-rata penggunaan tanda tanya pada siklus II pada sebagian besar siswa belum cukup baik (untuk 50% siswa yang menggunakan tanda titik yang baik harus memperoleh nilai 1,000).
Secara umum penggunaan tanda baca pada siklus II mengalami peningkatan yang baik dibandingkan siklus II, meskipun belum sebagian besar siswa dapat menerapkan keterampilan menulis dalam penggunaan tanda baca dengan baik.
Pembahasan
1. Penggunaan huruf besar

Indikator kinerja untuk siswa yang terampil dalam penggunaan huruf besar terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II dimana pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 1,538 menjadi 2.846 dari nilai maksimal 4 pada siklus II. Sehingga secara rata-rata pada siklus I belum tercapai dengan baik. Hal ini diduga siswa kurang terlatih dan kurang memperhatikan penggunaan tanda baca pada kalimat. Bedasarkan hasil observasi, pada saat guru menerangkan masih terdapat siswa bermain dan berbicara dengan teman sekelasnya. Selain itu waktu yang dibutuhkan dalam metode latihan ini belum optimal sehingga waktu yang dibutuhkan siswa lebih lama dan siswa menjadi kurang optimal dalam mengerjakan pekerjaannya. Pada siklus II peneliti dan kolaborator merefleksi pelaksanaan pada siklus I kemudian menindak lanjuti dengan berdiskusi kepada guru kolaborator dan teman sejawat dengan Focus Group Discusion (FGD). Hasil tindak lanjut ini terus dilaksanakan ke tahap selanjutnya yaitu siklus II.
Pada siklus II ini peneliti menjelaskan materi dengan menggunakan bahasa yang sederhana dalam penyampaian materi agar siswa mudah memahami penjelasan dari peneliti.
2. Penggunaan tanda baca

Secara umum penggunaan tanda baca (tanda titik, tanda koma, tanada tanya) terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada tanda titik siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,308 menjadi 1.000 dari nilai maksimal 3 pada siklus II. Pada tanda koma siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,154 menjadi 0.385 dari nilai maksimal 1 pada siklus II. Pada tanda tanya siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,077 menjadi 0.615 dari nilai maksimal 2 pada siklus II. Sehingga secara rata-rata penggunaan tanda baca baik tanda titik, koma dan tanya pada siklus I belum tercapai dengan baik. Hal ini diduga siswa cenderung kurang memahami dimana kalimat yang menggunakan tanda titik, tanda koma dan tanda tanya. Hal ini disebabkan kurangnya penerapan dalam keterampilan menulis dan umumnya siswa cenderung tidak memperhatikan dalam penempatan tanda titik, tanda koma dan tanda tanya.
Jadi dalam pelaksanaan siklus I metode latihan belum meningkatkan keterampilan menulis siswa. Hal ini disebabkan oleh waktu yang tersedia belum optimal, kemudian kurangnya pemahaman siswa dalam materi yang paparkan oleh gurunya di depan kelas, dan kurangnya aktivitas siswa dalam bertanya mengenai materi yang tidak dimengertinya. Pada siklus II ini peneliti menjelaskan materi dengan menggunakan bahasa yang sederhana dalam penyampaian materi agar siswa mudah memahami penjelasan dari peneliti. Selain itu peneliti jaga memberikan tindak lanjut dalam siklus I dimana siswa di berikan pekerjaan rumah untuk menulis surat tidak resmi atau surat pribadi sehingga melatih mereka dalam keterampilan menulis. hal ini berdasarkan hasil refleksi dan diskusi peneliti, guru kolaborator dan teman sejawat dengan Focus Group Discusion (FGD).


SIMPULAN
1. Langkah–langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode latihan adalah membuat persiapan berupa RPP dan menetapkan pokok bahasan, tahap pelaksanaan berupa latihan ketepatan menulis dengan membubuhkan huruf kapital dan tanda baca, dan tahap penilaian melakukan koreksian dan perbaikan.
2. Penerapan menggunakan metode latihan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 17 Sungai Ambawang dengan indikator ejaan dan tanda baca yang benar meliputi huruf kapital, tanda titik, tanda koma, tanda tanya dapat meningkatkan keterampilan menulis. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 2.08 meningkat menjadi 4.85 pada siklus II.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil
1. Pelaksanaan Penelitian
a. Pelaksanaan Siklus 1
1) Persiapan dan perencanaan penelitian siklus I
a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi surat tidak resmi atau surat pribadi
b) Menyiapkan lembar observasi untuk siswa (terlampir)
c) Persiapan bahan dan alat/media
d) Pertemuan dengan kolaborator

Peneliti dan kolaborator mengadakan pertemuan memperoleh kesepakatan tentang langkah-langkah tindakan dan pelaksanaan observasi. Maka diperolehlah kesepakatan siklus I akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 September 2012 dengan materi menulis surat tidak resmi.
2) Pelaksanaan pembelajaran siklus I

Pelaksanaan pembelajaran siklus I mempunyai 3 tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan awal peneliti memulai pelajaaran dengan memberikan salam, berdoa, mengabsen kehadiran siswa dan memberikan appersepsi dan menginformasikan tujuan pembelajaran.
Appersepsi yang dilakukan yaitu tanya jawab tentang macam-macam surat serta berlatih menulis surat tidak resmi tentang pengalaman atau cita-cita dengan menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar.
Kegiatan inti pada pelaksanaan pembelajaran siklus I dibagi 3 tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Membahas surat tidak resmi dengan ejaan dan tanda baca yang benar menggunakan metode latihan.
Pada kegiatan eksplorasi siswa membaca dan mengamati contoh surat pribadi atau surat tidak resmi untuk teman sebaya dengan penggunaan huruf besar dan tanda bacanya pada surat tersebut.
Kegiatan elaborasi, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang bagian-bagian surat pribadi. Siswa berlatih menulis bagian-bagian surat pribadi secara berurut kemudian siswa menyempurnakan surat yang telah dibuat dengan cara membetulkan ejaan dan tanda bacanya dengan bimbingan guru. Siswa membuat kembali sepucuk surat pribadi berdasarkan contoh yang telah dibuat.
Pada kegiatan konfirmasi guru dan siswa bertanya jawab tentang bagian-bagian menulis surat untuk teman sebaya yang telah dipelajari. Guru mengklarifikasi kesalahan yang ditemui dalam pembelajaran.
Kegiatan akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran tentang latihan menulis surat untuk teman sebaya. Guru memberikan evaluasi. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah agar siswa berlatih menulis surat pribadi dengan penggunaan huruf besar dan tanda baca yang benar. Guru menutup pelajaran dengan salam.
3) Observasi dan evaluasi siklus I

Siklus I kegiatan observasi dan evaluasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan lembar observasi yang telah disiapkan. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dibantu dengan 1 orang guru kolaborator guna memperoleh data yang lebih terperinci. Kegiatan ini berguna untuk melakukan refleksi maupun analisa data yang diinginkan.
4) Refleksi siklus I

Hasil perbincangan antara peneliti dan kolaborator selama observasi dilakukan terdapat kekurangan dan kelebihan pada siklus I. Adapun kelemahan dan kelebihan pada siklus I adalah sebagai berikut :
a. Kekurangan Siklus I

Berdasarkan dari lembar observasi masih terdapat beberapa yang belum maksimal. Hal ini bisa dilihat dalam pembuatan surat tidak resmi ini pada khususnya indikator tanda baca berupa tanda titik, koma dan tanya masih banyak siswa yang masih belum mengerjakan dengan baik. Permasalahan itu disebabkan oleh waktu yang di butuhkan dalam pembelajaran ini tidak berjalan sesuai yang direncanakan, karena banyak terbuang untuk kegiatan latihan membuat surat.
b. Kelebihan Siklus I

Berdasarkan dari lembar observasi, dalam pembuatan surat tidak resmi sebagian besar siswa memperhatikan yang diajarkan oleh guru, meskipun masih ada beberapa siswa yang masih berbicara.
5) Tindak lanjut

Untuk memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada siklus I, maka peneliti bersama guru kolaborator mengambil kesimpulan dan kesepakatan untuk melaksanakan tindakan. pada siklus II dengan materi yang sama pada siklus I yaitu membuat surat resmi atau surat pribadi.

b. Pelaksanaan Siklus II
1) Persiapan dan perencanaan penelitian siklus II
a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi menulis surat tidak resmi atau surat pribadi.
b) Menyiapkan lembar observasi untuk siswa (terlampir)
c) Persiapan bahan dan alat/media
d) Pertemuan dengan kolaborator

Peneliti dan kolaborator mengadakan pertemuan memperoleh kesepakatan tentang langkah-langkah tindakan dan pelaksanaan siklus II. Maka diperoleh kesepakatan siklus II yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21 September 2012 dengan materi menulis surat tidak resmi atau surat pribadi.
2) Pelaksanaan pembelajaran siklus II

Pelaksanaan pembelajaran siklus II sama dengan siklus, dimana tap ini mempunyai 3 tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan awal peneliti memulai pelajaaran dengan memberikan salam, berdoa, mengabsen kehadiran siswa dan memberikan appersepsi dan menginformasikan tujuan pembelajaran.
Appersepsi yang dilakukan yaitu tanya jawab tentang macam-macam surat dan disertai contoh yaitu surat tidak resmi dan surat resmi.
Kegiatan inti pada pelaksanaan pembelajaran siklus I dibagi 3 tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Membahas surat tidak resmi dengan ejaan dan tanda baca yang benar menggunakan metode latihan.
Pada kegiatan eksplorasi siswa membaca contoh surat pribadi atau surat tidak resmi untuk teman sebaya. Siswa mengamati surat yang dibacanya tentang hal-hal penggunaan huruf besar dan tanda bacanya pada surat tersebut.
Kegiatan elaborasi, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang bagian-bagian surat pribadi. Siswa berlatih menulis bagian-bagian surat pribadi secara berurut kemudian siswa menyempurnakan surat yang telah dibuat dengan cara membetulkan ejaan dan tanda bacanya dengan bimbingan guru. Siswa membuat kembali sepucuk surat pribadi berdasarkan contoh yang telah dibuat.
Pada kegiatan konfirmasi guru dan siswa bertanya jawab tentang bagian-bagian menulis surat untuk teman sebaya yang telah dipelajari. Guru mengklarifikasi kesalahan yang ditemui dalam pembelajaran.
Kegiatan akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran tentang latihan menulis surat untuk teman sebaya. Guru memberikan evaluasi. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah agar siswa berlatih menulis surat pribadi dengan penggunaan huruf besar dan tanda baca yang benar. Guru menutup pelajaran dengan salam.

3) Observasi dan evaluasi siklus II

Siklus II kegiatan observasi dan evaluasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan lembar observasi yang telah disiapkan. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dibantu dengan 1 orang guru kolaborator guna memperoleh data yang lebih terperinci. Kegiatan ini berguna untuk melakukan refleksi maupun analisa data yang diinginkan.
4) Refleksi siklus II

Dari refleksi siklus II diperoleh kesepakatan antara peneliti dan kolaborator sebagai berikut :
1. Berdasarkan lembar observasi adanya peningkatan keterampilan menulis siswa dari siklus I ke siklus II, baik berupa indikator penulisan huruf besar dan tanda baca.
2. Dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II semua kekurangan siswa maupun guru dapat teratasi dan diperbaiki dengan metode latihan. Hal ini dilihat dari peningkatan keterampilan menulis siswa yang baik berdasarkan data observasi siswa.
3. Penerapan metode latihan dapat membantu guru untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas IV pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Negeri 17 Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut peneliti bersama guru kolaborator sepakat untuk menghentikan penelitian pada siklus II. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan yang cukup baik pada siklus II/
2. Analisis Data
1) Penyajian data

Pada siklus I dan II, hasil penelitian yang dilakukan pada keterampilan menulis siswa meliputi beberapa indikator yaitu penggunaan huruf besar dan tanda baca (tanda titik, tanda koma dan tanda tanya). Adapun pengamatan pada siklus I dan II terhadap siswa kelas IV Sekolah Dasar negeri 17 Sungai Ambawang berjumlah 13 orang.

2) Analisis Variabel
Berikut ini dapat dipaparkan hasil pengamatan per indikator kinerjanya sebagai berikut :

1. Penggunaan huruf besar
Indikator kinerja untuk siswa yang terampil dalam penggunaan huruf besar pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 1,538 dari nilai maksimal 4. Sehingga secara rata-rata belum tercapai dengan baik.
Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan dalam penggunaan huruf besar, dimana diperoleh nilai rata-rata 2,846 dari nilai maksimal 4. Dari data tersebut diketahui secara rata-rata penggunaan huruf besar pada siklus II pada sebagian besar siswa sudah cukup baik.

2. Penggunaan tanda baca
Indikator kinerja untuk siswa yang terampil dalam penggunaan tanda baca yaitu tanda titik, tanda koma dan tanda tanya. Pada tanda titik
siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,308 dari nilai maksimal 3. Sehingga secara rata-rata belum tercapai dengan baik.
Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan dalam penggunaan tanda titik, dimana diperoleh nilai rata-rata 1,000 dari nilai maksimal 3. Dari data tersebut diketahui secara rata-rata penggunaan tanda titik pada siklus II pada sebagian besar siswa belum cukup baik (untuk 50% siswa yang menggunakan tanda titik yang baik harus memperoleh nilai 1,500).
Pada tanda koma siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,154 dari nilai maksimal 1. Sehingga secara rata-rata belum tercapai dengan baik.
Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan dalam penggunaan tanda koma, dimana diperoleh nilai rata-rata 0,385 dari nilai maksimal 1. Dari data tersebut diketahui secara rata-rata penggunaan tanda koma pada siklus II pada sebagian besar siswa belum cukup baik (untuk 50% siswa yang menggunakan tanda titik yang baik harus memperoleh nilai 0,500).
Pada tanda tanya siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,077 dari nilai maksimal 2. Sehingga secara rata-rata belum tercapai dengan baik.
Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan dalam penggunaan tanda tanya, dimana diperoleh nilai rata-rata 0,615 dari nilai maksimal 2. Dari data tersebut diketahui secara rata-rata penggunaan tanda tanya pada siklus II pada sebagian besar siswa belum cukup baik (untuk 50% siswa yang menggunakan tanda titik yang baik harus memperoleh nilai 1,000).
Secara umum penggunaan tanda baca pada siklus II mengalami peningkatan yang baik dibandingkan siklus II, meskipun belum sebagian besar siswa dapat menerapkan keterampilan menulis dalam penggunaan tanda baca dengan baik.
Pembahasan

1. Penggunaan huruf besar
Indikator kinerja untuk siswa yang terampil dalam penggunaan huruf besar terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II dimana pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 1,538 menjadi 2.846 dari nilai maksimal 4 pada siklus II. Sehingga secara rata-rata pada siklus I belum tercapai dengan baik. Hal ini diduga siswa kurang terlatih dan kurang memperhatikan penggunaan tanda baca pada kalimat. Bedasarkan hasil observasi, pada saat guru menerangkan masih terdapat siswa bermain dan berbicara dengan teman sekelasnya. Selain itu waktu yang dibutuhkan dalam metode latihan ini belum optimal sehingga waktu yang dibutuhkan siswa lebih lama dan siswa menjadi kurang optimal dalam mengerjakan pekerjaannya. Pada siklus II peneliti dan kolaborator merefleksi pelaksanaan pada siklus I kemudian menindak lanjuti dengan berdiskusi kepada guru kolaborator dan teman sejawat dengan Focus Group Discusion (FGD). Hasil tindak lanjut ini terus dilaksanakan ke tahap selanjutnya yaitu siklus II.
Pada siklus II ini peneliti menjelaskan materi dengan menggunakan bahasa yang sederhana dalam penyampaian materi agar siswa mudah memahami penjelasan dari peneliti.

2. Penggunaan tanda baca
Secara umum penggunaan tanda baca (tanda titik, tanda koma, tanada tanya) terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada tanda titik siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,308 menjadi 1.000 dari nilai maksimal 3 pada siklus II. Pada tanda koma siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,154 menjadi 0.385 dari nilai maksimal 1 pada siklus II. Pada tanda tanya siklus I diperoleh nilai rata-rata 0,077 menjadi 0.615 dari nilai maksimal 2 pada siklus II. Sehingga secara rata-rata penggunaan tanda baca baik tanda titik, koma dan tanya pada siklus I belum tercapai dengan baik. Hal ini diduga siswa cenderung kurang memahami dimana kalimat yang menggunakan tanda titik, tanda koma dan tanda tanya. Hal ini disebabkan kurangnya penerapan dalam keterampilan menulis dan umumnya siswa cenderung tidak memperhatikan dalam penempatan tanda titik, tanda koma dan tanda tanya.
Jadi dalam pelaksanaan siklus I metode latihan belum meningkatkan keterampilan menulis siswa. Hal ini disebabkan oleh waktu yang tersedia belum optimal, kemudian kurangnya pemahaman siswa dalam materi yang paparkan oleh gurunya di depan kelas, dan kurangnya aktivitas siswa dalam bertanya mengenai materi yang tidak dimengertinya. Pada siklus II ini peneliti menjelaskan materi dengan menggunakan bahasa yang sederhana dalam penyampaian materi agar siswa mudah memahami penjelasan dari peneliti. Selain itu peneliti jaga memberikan tindak lanjut dalam siklus I dimana siswa di berikan pekerjaan rumah untuk menulis surat tidak resmi atau surat pribadi sehingga melatih mereka dalam keterampilan menulis. hal ini berdasarkan hasil refleksi dan diskusi peneliti, guru kolaborator dan teman sejawat dengan Focus Group Discusion (FGD).

SIMPULAN
1. Langkah–langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode latihan adalah membuat persiapan berupa RPP dan menetapkan pokok bahasan, tahap pelaksanaan berupa latihan ketepatan menulis dengan membubuhkan huruf kapital dan tanda baca, dan tahap penilaian melakukan koreksian dan perbaikan.
2. Penerapan menggunakan metode latihan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 17 Sungai Ambawang dengan indikator ejaan dan tanda baca yang benar meliputi huruf kapital, tanda titik, tanda koma, tanda tanya dapat meningkatkan keterampilan menulis. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 2.08 meningkat menjadi 4.85 pada siklus II.

Saturday, 6 July 2013

IPS



IPS
DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH.
A.   MEMBUAT MATA ANGIN
Tahukah kamu apa mata angin itu? Jika kamu berdiri di halama dan menghadap ke arah matahari terbitkamu menghadap ke timur. Punggingmu ke arah barat. Tangan kananmu ke arah selatan dan tangan kirimu ke arah utara. Untuk lebih jelasnya, perhatikan arah mata angin berikut ini.
Keterangan
U: utara                                                          S : selatan                                        
BD : barat daya                                             TL : timur laut
B : barat                                                         T : timur
BL : barat laut                                               TG : tenggara           
Ketentuan menggambar mata angin adalah sebagai berikut :
a.    Atas                                                    : arah utara
b.    Bawah                                               : arah selatan
c.    Kanan                                                            : arah timur
d.    Kiri                                                      : arah barat
e.    Antara barat dan utara                    : arah barat laut
f.     Antara timurdan utara                     : arah timur laut
g.    Antara barat dan selatan                : arah barat daya, dan
h.    Antara timur dan selatan                : arah tenggara.
Pada zaman dahulu, arah mata angin ditentukan berdasarkan posisi matahari, dan hal itu hanya dapat dilakukan pada siang hari. Adapun para nelayan yang berada di tengah laut pada malam hari menggunakan rasi bintang Gubuk Penceng untuk penunjuk arah.
 
Pada zaman sekarang, untuk menentukan dan mengetahui arah, manusia menggunakan alat yang disebut kompas. Pada kompas ada jarum yang selalu menunjuk arah utara-selatan.
 
B.   MEMBUAT DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH.
Pernahkah kalian melihat denah? Apakah yang dimaksuud dengan denah? Denah adalah gambar yang menunjukkan lokasi atau bagian dari suatu tempat. Berikut akan kita pelajari denah lingkungan rumah da sekolah.
1.    Denah Lingkungan Rumah
Dapatkah kalian memberitahukan alamat rumah kalian masing-masing? Dapatkah kalia menggambar peta atau denahnya? Peta dan denah dibuat untuk mempermudah kita mencari sebuah objek di permukaan bumi.
Berikut adalah denah sederhana lingkungan rumah.
 
Rumah doni tidak besar  tetapi juga tidak terlalu kecil. Rumah doni bersih dan rapi. Didepan rumah doni ada halaman yang ditanami berbagai macam pohon dan bunga. Ada pohon jambu, mangga, dan rambutan. Rumah doni terletak dipinggir jalan kampung. Disamping rumah doni ada rumah tetangga yang juga bersih dan rapi.
Didekat tikungan jalan ada gardu ronda. Setiap malam ada petugas ronda yang menjaga keamanan lingkungan. Didepan rumah doni ada lapangan sepak bola dan disebelah kanan lapangan sepak bola adalah SD Harapan Kita, sekolah doni. Jarak rumah doni dengan sekolahnya tidak begitu jauh. Setiap hari doni berangkat ke sekolah dengan berjalan kai bersama teman-temannya. Didekat sekolah doni ada masjid tempat beribadah    bagi umat islam. Disebelah kiri lapangan sepak bola berdiri sebuah gereja tempat beribadah bagi umat kristen. Meskipun keyakinan warga berbeda-beda tetapi mereka hidup rukun dan saling menghormati

2.    Denah Lingkungan Sekolah
Denah sekolah dapat digunakan untuk mempermudah mencari suatu objek tempat lingkungan sekolah.
3.    Manfaat Denah
SD Bakalan 01 akan menerima tamu dari SD Harapan 02. Kedua sekolah itu akan melakukan pertandingan persahabatan dalam cabang olahraga sepak bola, bulu tangkis dan kasti.
Hari itu Bu Farida, guru kelas III memberikan tugas  kepada Rudi dan Gunawan untuk melakukan persiapan. Bu farida meminta mereka untuk membuat denah SD bakalan 01. Denah itu akan diberikan kepad tamu dari SD harapan 02. Dengan begitu, tamu dari SD harapan 02 akan mudah mengenali keadaan SD bakalan 01 beserta lingkungan sekitarnya.itulah salah satu manfaat pembuatan denah.

Kesimpulan
·         Arah mata angin dapat ditentukan dengan menggunakan matahari.
·         Para nelayan saat berlayar pada malam hari menggunakan rasi bintang gubuk penceng untuk menentukan arah.
·         Pada zaman sekarang untuk menentukan arah menggunakan alat yang disebut kompas
·         Denah adalah gambar yang menunjukkan letak atau lokasi dan bagian dari suatu tempat.
·         Denah lingkungan rumah dapat digunaka untuk mencari letak rumah dengan mudah
·         Denah sekolah dapat digunakan untuk mempermudah mencari suatu objek tempat lingkungan sekolah.